Adakah Penyakit Yang Menular?

Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah

Sebagian orang berkata tidak ada sama sekali penyakit menular, dengan beragumentasi pada hadits berikut:

لاَ عَدْوَى

“Tidak ada penyakit menular”. [HSR. Muslim 2223]

Tidak diragukan, itu memang hadits yang shahih. Namun pengertian hadits tersebut bukan berarti meniadakan real adanya penyakit menular sama sekali !

Ini dibuktikan bahwa dalam hadits shahih lain Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menetapkan dan mengakui adanya penyakit menular, dan bahkan beliau memerintahkan untuk melakukan tindakan pencegahan atas penyakit menular ini.

Salah satunya apa yang dikatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang salah satu dari jenis penyakit menular, yakni penyakit kusta, beliau bersabda:

فِرَّ مِنَ الْمَجْذُوْمِ فِرَارَكَ مِنَ الأَسَدِ

“Larilah dari penyakit kusta seperti engkau lari dari singa !”. [HSR. Muslim 5380]

Pada hadits ini jelas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita agar menjauhi dari sumber penyakit menular.

Andai hakikat penyakit menular tidak ada, maka tentu tidak perlu beliau memerintahkan kita menjauh darinya. Ini perkara yang jelas. Dan yang lebih memperkuat ini adalah hadits berikut:

لاَ يُوْرِدُ مُمْرِضٌ عَلَى مُصِحٍّ

“Janganlah unta yang sehat dicampur dengan unta yang sakit”. [HSR. Bukhari 5771, Muslim 2221]

Hadits di atas juga menunjukkan adanya penyakit menular. Kalau tidak, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan memerintahkan untuk tidak mencampurkan antara unta yang sehat dengan unta yang sakit. Ini juga perkara yang jelas.

Juga terdapat perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atas masalah penyakit menular:

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا

“Jika kalian mendengar wabah penyakit menular terjadi di suatu wilayah, jangan kalian memasuki wilayah itu”. [HSR. Bukhari 5728, Muslim 2218]

Ini lagi-lagi menunjukkan penyakit menular itu ada. Andai hakikat penyakit menular itu tidak ada, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan melarang orang memasuki daerah yang sedang dilanda penyakit menular.

Nah, telah pasti ucapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selamanya tidak akan pernah kontradiktif ! Sebab segala perkataan beliau dibimbing oleh wahyu.

Lalu bagaimana mengkompromikan hadits pertama, yakni “Tidak ada penyakit menular” dengan tiga hadits setelahnya yang menunjukkan “Adanya penyakit menular” ?

Para Ulama kita telah banyak memberikan ulasan atas hadits yang sekilas nampak saling bertentangan ini. Namun salah satu jawaban terbaik tentang apa maksud hadits pertama, “Tidak ada penyakit menular” adalah jawaban yang disampaikan oleh Fatwa Lajnah ad Daa’imah berikut:

العدوى المنفية في الحديث هي: ما كان يعتقده أهل الجاهلية من أن العدوى تؤثر بنفسها، وأما النهي عن الدخول في البلد الذي وقع بها الطاعون فإنه من باب فعل الأسباب الواقية.

“Wabah penyakit menular yang dinegasikan dari hadits tersebut (hadits tidak ada wabah penyakit menular -pent), maksudnya yaitu apa yang menjadi keyakinan masyarakat jahiliyah bahwa wabah tersebut dapat menular dengan sendirinya. Adapun pelarangan masuk terhadap suatu tempat yang terdapat tho’un (wabah menular) karena itu masuk bagian tindakan preventif (pencegahan)”. (Fatwa Lajnah ad Daai’mah no.16453)

Dengan penjelasan di atas kini kita mengetahui bahwa secara real penyakit menular itu memang ada, dan harus ada upaya untuk mencegahnya, namun dilandasi keyakinan bahwa penyakit menular itu tidak semata-mata berjalan sendiri, bahkan tetap, semua itu akan berjalan atau menjangkiti siapapun kecuali ujungnya mengikuti takdir.

Karenanya saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendapati seorang Shahabat yang berkata adanya seekor unta sakit kudis yang berada di tengah-tengah unta yang sehat, lalu unta yang sehat itu terpengaruh dan ikut terkena kudis, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada Shahabat tersebut:

فَمَنْ أَعْدَى الْأَوَّلَ ؟

“Lantas, siapa yang menular unta (penyakit) pertama kali (kalau bukan Allah -pent)”. [HSR. Bukhari 5770, Muslim 2220]

Makanya Syaikh Al Albani rahimahullh juga saat mengkompromikan antara hadits yang berisi ketiadaaan penyakit menular dan hadits yang menunjukkan adanya penyakit menular, sebagaimana ana paparkan di atas, maka beliau pada akhirya menyimpulkan: “Kesimpulannya, kedua hadits ini menetapkan adanya penyakit menular, dan hal itu telah terbukti dan nyata. Adapun hadits-hadits yang meniadakannya, maksudnya adalah penyakit menular kehendak/takdir Allah”. (Silsilah ash Shahihah II:660)

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Leave a Comment